Senin, 25 Oktober 2010

Buka Tutup di Pelabuhan Merak

Oleh: Antara
MERAK: Petugas kepolisian menerapkan sistem buka tutup kendaraan truk angkutan barang yang hendak menyeberang menuju Bakauheni, Lampung, melalui Pelabuhan Penyeberangan Merak, Kota Cilegon, Banten.

Kepala Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Merak AKP Idrus Madaris mengatakan penerapan sistem buka tutup dilakukan setelah kondisi kedatangan truk angkutan barang yang masuk dan parkir di Pelabuhan Merak untuk menunggu giliran masuk kapal sudah padat.

"Kami lakukan dan terapkan sistem buka tutup kendaraan truk yang masuk ke areal pelabuhan," katanya, hari ini.

Dia menjelaskan sistem buka tutup diberlakukan untuk mengantisipasi kemacetan dari Cilegon ke Salira yang lewat depan pintu pelabuhan atau sebaliknya.

Untuk melancarkan sistem buka tutup, ujar dia, pihak KSKP Merak berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan serta polisi lalu lintas yang berada di jalan Cikuasa Atas, Merak.

"Truk yang sudah tidak bisa ditampung di pelabuhan, untuk sementara di berhentikan di jalan raya Cikuasa. Dan, setelah ada kekosongan parkir di pelabuhan, maka truk angkutan yang tertahan di jalan Cikuasa diarahkan untuk masuk ke pelabuhan," ungkap dia.

Pantauan di lokasi, ratusan truk angkutan barang memadati kantong parkir di Pelabuhan Merak.

Sementara itu, petugas kepolisian yang bekerja sama dengan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry, Merak, melakukan pengaturan di dalam dan luar pelabuhan.

Kepadatan truk angkutan sudah terjadi lebih dari sepuluh hari. Penumpukan kendaraan itu terjadi dikarenakan ada perbaikan Dermaga I, sehingga tidak dapat difungsikan.

Pihak ASDP sendiri berjanji penumpukan truk akan bisa dikendalikan pada 24 Oktober. (hwi)

Source : web.bisnis.com

Kemenhub kantongi data 400 kapal bodong

Oleh: Tularji
JAKARTA: Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menerima data 400 kapal impor berbendera Merah Putih tetapi belum melengkapi dokumen pemberitahuan impor barang (PIB) dan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Data kapal bodong tersebut diterima dari Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) menyusul ditemukannya dugaan sedikitnya 1.000-an kapal impor bodong beroperasi di Indonesia.

Leon Muhamad, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub mengatakan data tersebut baru sekitar 40% dari perkiraan jumlah kapal impor yang belum melengkapi dua dokumen tersebut.

Pihaknya masih menunggu masuknya data tambahan hingga akhir bulan ini. “Data yang masuk sekitar 400 unit kapal, dan kami masih menunggu data tambahan,” katanya kepada Bisnis hari ini.

INSA memperkirakan sedikitnya 1.000 kapal atau sekitar 10,9% dari total hampir 10.000 unit kapal niaga nasional berbendera Merah Putih dibeli melalui impor tanpa dilengkapi dokumen PIB dan SKB PPN.

Kapal-kapal bermasalah itu mencakup 35% di jenis kapal tongkang (tug and barge), 30% kapal angkutan kargo umum (general cargo), 10% kapal kontainer, jenis lainnya 25% termasuk off shore, tanker dan bulk carrier.

Pada awal bulan lalu, INSA melayangkan surat kepada seluruh anggotanya terkait dengan pendataan kapal bodong setelah Kemenkeu meminta agar data itu diserahkan selambat-lambatnya akhir Oktober.

Organisasi ini memberikan tenggat waktu kepada 1.200 perusahaan pelayaran nasional untuk menyerahkan data kapal yang belum dilengkapi PIB dan SKB PPN hingga akhir bulan ini. (sut)

Source : web.bisnis.com

Pengusaha perkapalan cantik dari Thailand

Parasnya cantik, usianya juga masih muda, baru 30 tahun. Namanya, Nishita Shah Federbush. Namun, dia sudah masuk jajaran 40 taipan terkaya di Thailand versi majalah Forbes yang dirilis baru-baru ini.

Wanita asal Gujarat yang migrasi ke Thailand ini berada di ranking ke-24 dengan total kekayaan US$340 juta atau sekitar Rp3 triliun. Kekayaannya yang dihitung berdasarkan harga saham pada 20 Agustus 2010.

Posisi ini sesungguhnya turun dibandingkan dengan peringkat pada 2009, kendati kekayaannya meningkat sebesar US$60 juta dan pada 2008 berada di peringkat ke 19 dengan kekayaan bersih US$375 juta.

Nishita Shah, pemilik Precious Shipping

Nishita memimpin sebuah kerajaan bisnis di Bangkok. Sejak 2002, dia menjabat Direktur di bisnis keluarga, yakni Precious Shipping Public Company Ltd, sebuah perusahaan perkapalan yang didirikan oleh ayahnya, Kirit Shah. Sekarang, perusahaan ini memiliki setidaknya 44 kapal.

Selain memimpin Precious, di usia yang masih muda, dengan semangat dan energi tinggi dengan jabatan Direktur, Nishita juga mendorong anak buahnya di deretan perusahaan non publik lainnya, di antaranya Globex Corporation Ltd, Graintrade Ltd, Unistretch Ltd dan Geepee Air Service Ltd. Keluarganya adalah pemilik hotel Amari Atrium Bangkok.

Dia juga memiliki perusahaan pakaian "Burn Baby". Kecintaannya pada dunia fashion menjadi inspirasi bagi dirinya meluncurkan merek fashion sendiri berlabel 'Nsha'. Ini adalah fashion kelas atas di Bangkok.

Yang lebih mengejutkan, Nishita rupanya juga seorang pilot, sekaligus menjadi direktur maskapai yang mengoperasikan pesawat eksekutif Mjets, perusahaan penerbangan yang didirikan oleh Minor Group milik William Heinicke bersama Kirit dan Nishita Shah. Bukan hanya terbang di udara, wanita yang dinamis ini juga senang berlayar di laut.

Nishita memperoleh gelar sarjana ilmu administrasi bisnis dengan konsentrasi bidang keuangan dan hukum bisnis dari Boston University School of Management. Berbekal ilmu bisnis, dia terus mendorong timnya untuk terus mengembangkan bisnis mereka.

Ayahnya mendirikan kelompok usaha Precious Shipping pada 1989, kemudian mulai masuk bursa saham pada 1993.

Nishita Shah, pemilik Precious Shipping Kisah perjalanan bisnis keluarganya sudah berlangsung sejak 150 tahun lalu. Awalnya, leluhurnya bernama Khetsee dan Devjee berasal dari Gujarat bermigrasi ke Bombay, lokasi mereka mulai membangun bisnis.

Lantas pada 1868, salah satu putra Devjee, yakni Premjee bersama rekannya mendirikan sebuah kantor di Burma, yang selanjutnya menjadi salah satu perusahaan bonafid. Lewat perusahaan bernama Gangjee Premjee & Co, mereka berdagang beras, mengimpor dari Burma, Vietnam dan Thailand kemudian dijual ke Timur Tengah dan Afrika.

Pada 1918, Gangjee Premjee & Co memindahkan basis operasional perusahaan ke Bangkok, ibukota Thailand. Putra Premjee, yakni Chimanlal menjadi satu-satunya pedagang beras non-Cina yang disegani di ibukota Thailand tersebut. Keluarga Premjee lantas berganti nama dengan Keluarga 'Syah'.

Lantas, pada 1976, bisnis keluarga diteruskan oleh putra Chimanlal, yakni Kirit Shah, yang kini berkembang menjadi perusahaan perkapalan. Sekarang, kerajaan bisnis keluarga ini berada di tangan generasi keempat di bawah Nishita Shah.

Si cantik berusia 30 tahun ini sudah menikah di Istambul Turki, pada Juni lalu.

Source : Vivanews.com

Perompak Somalia Bajak Kapal Jerman

NAIROBI, KOMPAS.com — Perompak Somalia, Minggu, membajak kapal Jerman, Belunga Fortune, di Samudra Hindia. Hal ini disampaikan koordinator program East Afrika Seafarers Asistance, Andrew Mwangura.

Belum ada rincian mengenai ke mana kapal tersebut pergi dan jumlah awak kapal. "Beluga Fortune telah dibajak di lembah Somalia. Kami belum mengetahui secara pasti di mana kapal tersebut dibajak atau ke mana kapal itu akan pergi," kata Mwangura.

Somalia berada di pintu masuk Teluk Aden, yang menuju Laut Merah dan Terusan Suez, salah satu jalur pelayaran paling penting di dunia. Negara tersebut telah dirongrong perang antarkelompok gembong perang dan tak memiliki pemerintah pusat sejak penggulingan diktator Mohammed Siad Barre tahun 1991.

Sebelumnya, tersiar laporan bahwa perompak dari negara Tanduk Afrika itu telah membajak tanker bahan bakar gas cair berbendera Singapura, sekitar 80 kilometer dari pantai Afrika timur. Mwangura mengatakan, perompak menahan kapal MV York, yang dikelola Yunani, di lepas pantai Kenya, Sabtu sore, kurang dari 12 jam setelah kapal tersebut berlayar dari pelabuhan Mombasa di Kenya.

Angkatan Laut Eropa, EU Navfor, mengatakan bahwa kapal tersebut memiliki 17 anak buah kapal, termasuk seorang pimpinan berkebangsaan Jerman dan 14 warga negara Filipina. Kapal itu dibajak 50 mil dari Mombasa.

Seorang perompak yang mengaku bernama Hassan mengatakan melalui telepon bahwa kapal tanker gas tersebut, yang memiliki bobot mati 6.076 ton kubik, sedang berlayar menuju Garad, pangkalan perompak di lepas pantai Somalia tengah.

Menurut keterangan EU Navfor, perompak Somalia menahan 20 kapal dengan lebih dari 430 sandera. Mereka secara khusus meminta tebusan bagi pembebasan sandera.

source : Kompas.com

Somali pirates hijack two ships over weekend

Source: Reuters
* Beluga Fortune is owned by Germany's Beluga Shipping

* Singapore-flagged LPG tanker seized on Saturday

(Recasts, adds Beluga Fortune hijacking)

By Abdi Guled

MOGADISHU, Oct 24 (Reuters) - Somali pirates seized control of the German-owned merchant vessel Beluga Fortune in the Indian Ocean on Sunday, the second hijacking in the region in as many days, a regional maritime official said.

"The Beluga Fortune was taken today in the Somali basin. We don't know yet exactly where she was hijacked or where she was heading to," Andrew Mwangura of the East African Seafarers' Assistance Programme told Reuters.

The Beluga Fortune is owned by the Bremen-based Beluga Shipping. Mwangura said the vessel was likely flying a flag of convenience.

It was not immediately clear how many crew were aboard at the time the ship was commandeered by pirates, nor what it was carrying.

Somalia has lacked an effective central government for almost two decades and is awash with weapons. The mayhem on land has allowed piracy to boom in the strategic waterways off its shores linking Europe to Asia and Africa.

Earlier, it was reported sea-bandits from the lawless Horn of Africa nation had grabbed a Singapore-flagged liquefied petroleum gas (LPG) tanker 50 miles (80km) off the coast of east Africa.

Mwangura said the pirates seized the Greek-managed MV York off Kenya on Saturday afternoon, less than 12 hours after it sailed from the Kenyan port of Mombasa.

The European naval force, EU Navfor, said the vessel had a crew of 17, including a German master, two Ukrainians and 14 Filipinos, and was seized 50 miles (80 kms) from Mombasa.

"She was taken at 1730 local time. She was sailing empty after discharging her LPG cargo at the Shimanzi oil terminal in Mombasa," Mwangura told Reuters.

A pirate who identified himself as Hassan told Reuters by telephone that the LPG tanker, which has a deadweight of 5,076 tonnes, was heading for Garad, a pirate base on the coast of central Somalia.

Somali pirates are holding 20 vessels with more than 430 hostages, according to EU Navfor. Typically they earn a ransom for their release. (Additional reporting by Richard Lough in Nairobi; Writing by Richard Lough)